Resume
dan Terjemahan lepas dari A
Constitutional Culture in Tradition oleh Cheryl Saunders
Constitutional Culture, atau budaya konstitusi, mungkin perlu
untuk diperjelas ketika ada kebutuhan untuk memasukkan berbagai hipotesa yang
berada di balik sebuah konstitusi, dan berbagai pendekatan yang mempengaruhi
pelaksanaannya di dalam praktek. Pada akhirnya, ia dapat merupakan hasil dari
pengalaman sejarah, filosofi-filosofi yang dominan, dan situasi ekonomi atau
sosial tertentu. Constitutional Culture
tidak sinonim dengan konstitusi itu sendiri, walaupun jelas ia akan memiliki
pengaruh yang besar terhadapnya.
Kebudayaan
selalu menjadi faktor yang kompleks ketika sistem konstitusional atau beberpa
aspek darinya ditransplantasi dari satu jurisdiksi ke jurisdiksi lainnya.
Transplantasi bukanlah sebuah fenomena baru. Di akhir abad ke-20, kebanyakan
sistem konstitusi merupakan sebuah imitasi atau pernah mengimitasi dalam beberapa
bagiannya, dengan pengecualian beberapa sistem yang lebih tua seperti Inggris,
Amerika Serikat dan Perancis. Permasalahan budaya dapat muncul dari
transplantasi, bahkan dalam kasus negara-negara yang berbagi sistem hukum dan
tradisi dan secara umum dapat diperbandingkan dalam perkembangan ekonomi mereka,
serta pengharapan sosial dan politiknya. Pengaruh budaya atas suksesnya sebuah
transplantasi selalu tersembunyi. Ia mulai menarik perhatian yang lebih besar
pada tahun 1990an, dalam kebangkitan proses constitution
making di Eropa Tengah dan Eropa Timur, di Afrika Selatan dan tempat-tempat
lainnya.
Isu
budaya paling jelas muncul dari transplantasi atas pengaturan konstitusional di
antara legal families yang berbeda
atau dalam kondisi yang mensyaratkan format aslinya untuk berhadapan dengan
kebutuhan sosial, ekonomi dan politik yang sangat berbeda. Isu budaya ini dapat
diperburuk jika transplantasi tersebut dipaksakan bukannya secara sukarela,
walaupun dalam kedua kasus tersebut masalah budaya dimungkinkan untuk
diperhitungkan dalam proses transplantasinya. Isu budaya juga dapat muncul dari
transplantasi bahkan ketika negara-negara yang terlibat dalam proses
transplantasi tersebut berbagi sistem hukum dan tradisi yang sama dan dapat
diperbandingkan secara luas dalam perkembangan ekonomi serta pengharapan sosial
dan politik.
Budaya
konstitusional yang memiliki ciri khas biasanya dapat berkembang secara paralel
dengan sistem konstitusi apapun. Australia merupakan salah satu contohnya.
Beberapa karakteristik yang penting dari budaya konstitusi Australia terlihat
jelas bahkan sebelum masa federasi dan berlanjut setelahnya. Singkatnya,
masyarakat Australia mementingkan egalitarianism
dan fairness, walaupun persepsi atas
keduanya dilihat dari sudut pandang komunitas Anglo-Celtic. Sifat tersebut pada
akhirnya mengembangkan inovasi dalam pengaturan elektoralnya. Jadi, sejauh ini
Australia tidak pernah dikonfrontasi dengan kebutuhan untuk menyelesaikan kunci
dibalik konflik-konflik dalam pengaturan konstitusinya yang dapat dilihat dari
berbagai model donornya dan merupakan hasil dari budaya konstitusi yang
berbeda-beda, atau setidaknya sebagian darinya.
Kesimpulan
dari tulisan tersebut, budaya konstitusi merupakan sebuah budaya yang melekat
di suatu negara, yang menjadi dasar apa saja hal-hal yang diatur dalam konstitusinya,
dan bagaimana pelaksanaannya dalam implementasi undang-undang tersebut dalam
prakteknya. Budaya konstitusi merupakan ciri khas setiap negara dan berkembang
sejalan dengan sistem konstitusi yang dianutnya.
No comments:
Post a Comment